Otak merupakan pusat pengendali setiap kegiatan yang berlangsung di dalam tubuh manusia. Kegiatan tersebut diantaranya adalah belajar. Dalam proses belajar, seseorang memperoleh informasi melalui alat indera yang selanjutnya saraf dalam alat indera mengirimkan informasi tersebut ke otak melalui impuls-impuls saraf. Di dalam otak informasi yang didapat disimpan dalam memori, baik memori jangka pendek maupun memori jangka panjang (Syah, 2008).
Dalam melakukan proses belajar, akan lebih optimum apabila dilangsungkan dalam kondisi kematangan tertentu (Milfayetty dkk, 2015). Selain kematangan mental, kematangan otak juga sangat berpengaruh terhadap proses belajar serta hasil yang ingin dicapai. Dalam menuju kematangan, otak melakukan perkembangan yang erat kaitannya dengan perkembangan kognitif.
Untuk siap melakukan proses belajar, otak memiliki cara kerja yang berbeda-beda pada setiap bagiannya. Bagian-bagian otak tersebut melakukan tugasnya masing-masing sehingga seorang individu dapat menerima pembelajaran dengan baik. Tidak hanya berperan dalam proses menerima pelajaran, otak juga berperan dalam perkembangan kecerdasan manusia. Setiap lobusnya memiliki fungsi masing-masing (Milfayetty dkk 2015) dan berkembang dengan berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini yang menyebabkan kecerdasan setiap orang berbeda-beda.
Konsep Triun Brain
Paul Maclean dalam Milfayetty (2015) menyatakan bahwa konsep otak triun dalam satu kepala yaitu meliputi otak reptil, otak mamalia, dan otak korteks.
- Otak reptil
Otak reptil atau disebut juga batang otak merupakan otak yang peka terhadap insting seperti ketakutan, marah, terancam, kondisi tubuh atau pikiran yang lelah. Saat seseorang merasakan perasaan tersebut maka tindakan dan informasi akan diambil alih oleh otak reptil. Bagian otak ini bertanggung jawab atas fungsi-fungsi motorik-sensorik-pengetahuan fisik yang berasal dari panca indra. Perilaku yang dikembangkan bagian ini adalah perilaku untuk mempertahankan hidup, dorongan untuk mempertahankan spesies. Otak reptil terletak di dasar batang otak yang terhubung dengan tulang belakang.
- Otak mamalia
Otak mamalia atau sistem limbik merupakan otak yang berfungsi menerima informasi, menyimpan memori jangka panjang, serta mengendalikan kekebalan tubuh dan hormon. Sistem limbik adalah panel kontrol dalam penggunaan informasi dari indra penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh, perabaan, penciuman sebagai input yang kemudian informasi ini disampaikan ke pemikir dalam otak yaitu neokorteks.
- Otak korteks
Otak korteks atau neokorteks merupakan otak yang menaungi otak reptil dan otak mamalia. Otak korteks akan berfungsi optimal saat seseoarng berada dalam keadaan yang tenang, bahagia, dan rileks. Neokorteks terbungkus di sekitar sisi sistem limbik, yang merupakan 80% dari seluruh materi otak. Bagian ini merupakan tempat bersemayamnya pusat kecerdasan manusia. Bagian inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh manusia. Proses yang berasal dari pengaturan ini adalah penalaran, berpikir intelektual, pembuatan keputusan, perilaku normal, bahasa, kendali motorik sadar, dan gagasan non verbal. Dalam neokorteks ini pula kecerdasan yang lebih tinggi berada, diantaranya adalah : kecerdasan linguistik, matematika, spasial/visual, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal dan intuisi.
Konsep Triun Otak dan Hubungannya dengan Belajar
Berdasarkan cara kerja dari otak reptil, otak mamalia, dan otak korteks maka hal yang dapat dikaitkan dengan belajar yakni saat menerima suatu informasi atau pelajaran oleh otak mamalia harus dalam keadaan tenang dan rileks agar otak korteks dapat mengambil alih informasi tersebut dan menyimpannya dalam memori. Apabila saat menerima informasi dilakukan dengan keadaan stress maka informasi tersebut akan diambil alih otak reptil yang mengakibatkan informasi tersebut tidak terproses ke dalam memori otak.
Fungsi dan Peran Lobus Otak
Lobus otak terdiri atas empat bagian; lopis osipitalis, lobus temporalis, lobus parietalis, dan lobus frontalis. Tiap lobus tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Lobus osipital dan temporal bertanggung jawab pada hal-hal yang berhubungan dengan proses visual dan suara. Sedangkan lobus parietal an frontalis bertanggung jawab atas input sensori yang bersifat kinestetik. Pada lobus frontal juga secara spesifik berfungsi dalam elaboarsi pemikiarn (berpikir) (Sinaga dan Silitonga, 2011).
Healy dalam Milfayetty (2015) juga mengemukakan bahwa lobus-lobus otak manusia memiliki fungsinya masing-masing. Lobus temporal merupakan pusat percakapan, lobus parietal menangani kemampuan spasial, sedangkan lobus oksipital merupakan pusat penglihatan.
Selain pembagian otak berdasarkan lobus, otak juga terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Otak kiri mempunyai karakteristik menyukai hal-hal yang sistematis, menyukai kata-kata, simbol, maupun huruf, sesuatu yang terstruktur dan dapat diprediksi, menyukai hal-hal yang faktual. Sedangkan otak kanan menyukai hal-hal bersifat acak, menyukai gambar atau grafik, menyukai belajar dari pengalaman atau melihat sesuatu, menyukai kejutan yang menantang. Saat seseorang berada dalam keadaan tertekan, individu tersebut cenderung mengaktifkan otak kanan sedangkan saat berada dalam keadaan bahagia individu akan mengaktifkan otak kirinya (Milfayetty dkk, 2015).
Dalam melakukan proses belajar, kedua belahan otak ini dapat dikombinasikan menjadi satu kesatuan agar menciptakan hasil yang optimal. Dalam belajar, seseorang memproses pengetahuan di dalam otak kirinya kemudian dapat mengaplikasikan penerapannya melalui otak kanannya yang kreatif. Untuk dapat melakukan hal ini, tentu keseimbangan antara otak kiri dan kanan harus dapat distimulasi terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, Amir. 2009. Teori Multiple Intellegences dan Implikasinya terhadap Pengelolaan Pembelajaran. Jurnal Tadris. Vol 4 (2). Hal 251-261
Milfayetty, S., Anita Yus, Nuraini, Rahmulyani, E. Hutasuhut, dan Zulhaini. 2015. Psikologi Pendidikan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED
Sinaga, Erlintan dan Melva Silitonga. 2011. Anatomi Fisiologi Manusia. Medan: Unimed Press
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya